Breaking News

  • PN Pasir Pengaraian Gelar' Sidang Lapangan Tuntutan Lahan dan Kebun Umi Handayani   ●   
  • Menuju Pilkada Dumai 2024, Paisal Dinilai Masih di Atas Angin   ●   
  • Israel Tetap Serang Rafah Meski Hamas Terima Proposal Gencatan Senjata   ●   
  • Ganjar Pranowo Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran   ●   
  • Ilmuwan China Ciptakan Virus Mutan Ebola, Timbulkan Gejala Mengerikan   ●   
JK Usulkan Presidential Threshold 5 Persen: Jadi Calonnya Banyak
Jumat 08 Maret 2024, 08:05 WIB

DEPOK - Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla (JK) mengusulkan sejumlah hal agar pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) ke depan berjalan lebih baik. Salah satunya adalah mengembalikan sistem proporsional tertutup untuk pemilihan legislatif.

Sistem tersebut artinya masyarakat hanya mencoblos gambar partai politik pada pemilihan legislatif. Sedangkan anggota legislatif dipilih oleh partai politik.

"Supaya antara calon tinggal diseleksi dulu oleh partai, ini orang yang baik, bukan hanya orang asal terkenal, ya kalau lewat itu. Kalau sekarang dipilih asal terkenal aja, termasuk artis banyak, pelawak banyak, supaya gampang dipilih," ujar JK di kompleks Universitas Indonesia (UI), Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (7/3/2024).

JK juga mengusulkan adanya penurunan ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold. Salah satunya mengembalikan presidential threshold menjadi lima persen, seperti pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004. Kala itu, ada lima pasangan yang maju sebagai capres dan cawapres, termasuk SBY-JK.

Adapun sejak Pemilu 2009 hingga 2024, PT ditetapkan 20 persen. "Termasuk juga untuk jadi calon presiden diturunkan, jangan 20 persen. Katakanlah kembali lima persen seperti saya dulu, jadi calonnya cukup banyak, itu pilihan," ujar eks ketua umum DPP Partai Golkar tersebut.

Sebelumnya, ia menyoroti indikasi kecurangan Pemilu 2024 dari upaya politisasi bantuan sosial (bansos) hingga intimidasi aparat negara. Jika hal tersebut terus diterapkan, menurut JK, Indonesia bisa kembali terjebak dalam masa otoriter.

"Apabila sistem ini menjadi suatu kebiasaan, maka kita akan kembali ke zaman otoriter, itu saja masalahnya sebenarnya," ujar JK.

Sumber
Republika




Untuk saran dan pemberitaan informasi silakan kontak HP: 0812-76-47104, email: redaksi_riautrust@yahoo.com
free html hit counter

Copyright © 2023 riautrust.com - All Rights Reserved
Scroll to top