Breaking News

  • PN Pasir Pengaraian Gelar' Sidang Lapangan Tuntutan Lahan dan Kebun Umi Handayani   ●   
  • Menuju Pilkada Dumai 2024, Paisal Dinilai Masih di Atas Angin   ●   
  • Israel Tetap Serang Rafah Meski Hamas Terima Proposal Gencatan Senjata   ●   
  • Ganjar Pranowo Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran   ●   
  • Ilmuwan China Ciptakan Virus Mutan Ebola, Timbulkan Gejala Mengerikan   ●   
Pangantin Sahur, Tradisi Masyarakat Inhil Bangunkan Warga di Bulan Ramadan
Rabu 13 Maret 2024, 07:45 WIB

PEKANBARU  - Sebagian besar masyarakat Riau mungkin banyak yang belum mengetahui. Ternyata di Kabupaten Indragiri Hilir (Hilir) terdapat tradisi yang cukup unik saat datang bulan puasa. Tradisi tersebut disebut 'Pengantin Sahur'.

Tradisi Pengantin Sahur sebagaimana diketahui, bahwa cikal bakal adanya tradisi tersebut bermula dari aktifitas masyarakat Desa Pulau Palas, Kecamatan Tembilahan Hulu, Inhil.

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Riau, Raja Yoserizal Zen mengatakan, jika di Riau terdapat tradisi saat bulan puasa sebuah karya Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang sudah ditetapkan pemerintah yaitu Pengantin Sahur.

"Pengantin Sahur ini dilakukan masyarakat untuk membangun orang sahur saat bulan puasa. Tradisi ini sekarang sudah ditetapkan sebagai WBTB oleh pemerintah," kata Raja Yose, Selasa (12/3/2024).

Lebih lanjut Raja Yose menceritakan asal mula Pengantin Sahur. Dimana pada sekitar tahun 80-an suasana desa yang masih sepi jika dibandingkan dengan saat ini. Saat itu rumah-rumah jaraknya berjauhan dengan penduduknya yang sedikit pada waktu itu.

"Maka pada waktu itu muncullah gagasan-gagasan atau ide kreatif dari pemuda yang memiliki bakat seni. Mereka bermaksud menghibur masyarakat desanya dengan menghadirkan keriuhan bermain orkes," terangnya.

"Khusus di waktu Ramadan dibuat pula acara bagerakan, yang bertujuan untuk membangunkan warga di waktu sahur. Karena peran utamanya adalah pengantin, maka lekatlah sebutan Pengantin Sahur atau Pengantin Subuh," sambungnya.

Raja Yose menyebut, keunikan dari tradisi ini yaitu sepasang pengantin yang didandan dengan sedemikian rupa, lalu diarak berkeliling desa.

"Jadi kedua pengantin diperankan oleh laki-laki dengan salah satunya didandan sebagai perempuan. Karena memang tujuannya hendak menghibur, maka kreatifitas seperti ini dijalani dengan sukacita. Apalagi maksud utamanya adalah membangunkan warga untuk bersahur," ungkapnya.

Hingga di tahun 2024 ini, lanjut Raja Yose, tradisi Pengantin Sahur masih tetap berlangsung. Meskipun setiap tahun selalu ada kreatifitas baru, namun yang utamanya ialah menghadirkan peran-peran pengantin, baik hanya sepasang maupun beberapa pasang dengan kemeriahan bebunyian yang berasal dari perkakas dan alat musik.

"Tradisi Pengantin Sahur ini merupakan tradisi membangunkan warga untuk bersahur dengan mengarak beberapa pasang pengantin yang mempelai wanitanya diperankan oleh laki-laki, dan tradisi ini dilaksanakan pada bulan Ramadan saja," jelasnya.

"Tradisi ini lahir sejak tahun 1981 dan berkembang hingga sekarang. Informan dari penelitian ini adalah masyarakat Desa Pulau Palas, Kecamatan Tembilahan Hulu, Kabupaten Inhil," tutupnya.  

(Mc Riau)





Untuk saran dan pemberitaan informasi silakan kontak HP: 0812-76-47104, email: redaksi_riautrust@yahoo.com
free html hit counter

Copyright © 2023 riautrust.com - All Rights Reserved
Scroll to top