Ahli Ungkap Keamanan Vaksin Sinovac RI Efikasi 65,3 Persen
Selasa, 12-01-2021 - 08:28:16 WIB
JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merilis hasil evaluasi dari laporan uji klinis sementara atau interim tahap III Vaksin Virus Corona buatan perusahaan asal China, Sinovac, pada Jumat (8/1). Dalam laporan itu menunjukkan efikasi atau tingkat keampuhan vaksin corona Sinovac sebesar 65,3 persen.
Vaksinolog sekaligus Dokter spesialis penyakit dalam, Dirga Sakti Rambe mengatakan angka efikasi tersebut sudah cukup meyakinkan bahwa vaksin Sinovac untuk Indonesia aman dan efektif.
Walau angka efikasi masih di bawah Sinovac yang dipakai negara Brasil (91,25 persen) dan Turki (78 persen), angka 65,3 persen telah melampaui standar minimum efikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Efikasinya 65,3 persen. Melebihi standar minimum efikasi WHO 50 persen," ujar Dirga kepada CNNIndonesia.com, pada Senin (11/1).
Lebih lanjut ia menjelaskan, orang yang sudah melakukan vaksinasi berisiko tiga kali lebih rendah untuk mengalami gejala Covid-19. Dirga menambahkan risiko tersebut juga dapat mendorong risiko kematian lebih rendah akibat terpapar virus Covid-19.
"Vaksinasi menyelamatkan nyawa, mencegah sakit berat dan mengurangi beban pelayanan tenaga kesehatan, " tuturnya
Senada, Ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo memberikan cara penghitungan efikasi pada uji klinis vaksin Sinovac hingga mencapai 65,3 persen. Uji klinis Sinovac yang dilakukan di Bandung, melibatkan 1600 relawan dan dibagi menjadi dua kelompok.
Misalnya kelompok yang disuntik dengan vaksin ada 50 orang, dan dengan injeksi placebo (injeksi dengan air garam) 100 orang.
Kemudian para peneliti akan melakukan pemantauan selama 3 bulan, untuk menghitung dan mengevaluasi berapa orang yang terjangkit virus Covid-19. Efikasi akan masuk kepada persentase 50 persen jika sebaran virus Covid-19 terjadi pada 100 orang di kelompok placebo dan 50 orang di kelompok vaksin juga terjangkit.
Efikasi 100 persen jika 150 orang yang terjangkit Covid-19 ada di kelompok plasebo, dan tidak ada 1 orang pun di kelompok vaksin tidak paparan virus Covid-19. Namun, Ahmad masih mempertanyakan berapa total kasus relawan yang terjangkit Covid-19 pada saat uji klinis di Bandung.
"Di Bandung kita masih belum tahu total kasus Covid-19 itu ada berapa, yang diberitakan hanya dari sisi efikasi finalnya saja. Teman-teman ilmuwan ingin tahu rinciannya seperti apa," kata Ahmad kepada CNNIndonesia.com.
Sementara itu, Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mendesak produsen vaksin Sinovac di Indonesia menjelaskan selisih efikasi dengan Brasil dan Turki.
Kendati demikian efikasi vaksin Sinovac di berbagai negara yang berbeda bukanlah hal yang harus dikhawatirkan, karena rata-rata hasil efikasinya sudah melampaui batas efikasi WHO yaitu 50 persen.
Ia menjelaskan bahwasanya vaksin seharusnya memiliki efikasi yang sama. Dicky menilai perbedaan dari hasil efikasi tersebut dikarenakan adanya data multi center. Setelah itu analisa akhir dapat diperoleh setelah fase 3 selesai.
"Yang tahu tentunya nanti pada hasil analisa akhir setelah semua fase 3 selesai, dilaporkan dan dimuat di jurnal. Baru akan terlihat kesimpulannya seperti apa," tuturnya.
Lebih lanjut Ia menegaskan, bahwasanya perbedaan efikasi diberbagai negara karena belum selesainya riset vaksin Covid-19. Namun perbedaan efikasi di tiga negara ini bukan menjadi hal yang harus dikhawatirkan oleh masyarakat.
"Tidak usah ragu, secara sains sejauh ini terbukti aman, vaksin ini setidaknya memiliki efek atau fungsi proteksi," tuturnya
Sebelumnya BPOM merilis vaksin Covid-19 Sinovac menunjukkan efikasi atau tingkat keampuhan vaksin corona Sinovac sebesar 65,3 persen.
Angka tersebut sudah sesuai dengan standar atau ambang batas efikasi yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni minimal 50 persen. BPOM juga telah mengevaluasi untuk kemudian mengeluarkan izin darurat penggunaan atau Emergency Use authorization (EUA) atas vaksin Covid-19 Sinovac.