JAKARTA  -- Malam tahun baru sangat identik dengan petasan dan kembang api. Bagi sebagian orang, merayakan tahun baru tanpa dua hal ini rasanya kurang afdol.

Tapi, ada juga orang yang tidak suka petasan dan kembang api. Terutama yang dinyalakan di malam pergantian tahun.

Alasannya, suara petasan sangat keras dan mengganggu. Selain itu, beberapa orang juga menganggap petasan dan kembang api cukup berbahaya karena bisa meledak bukan pada tempatnya.

Lantas, bagaimana Islam memandang kembang api dan petasan sebagai bagian dari perayaan tahun baru?

Islam sebenarnya tidak mengenal pesta kembang api atau petasan. Bahkan, menurut Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, Kyai Fahmi Salim menyebut bahwa petasan dan kembang api adalah hal yang menghambur-hamburkan uang.

"Itu adalah hal yang tidak baik. Menghamburkan uang untuk hal yang tidak bermanfaat, haram, dan berdosa," kata Fahmi saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Kamis (29/12).

Kata dia, orang yang menyalakan petasan dan kembang api di malam tahun baru hukumnya tabdzir. Tabzir masuk dalam salah satu sifat setan atau memiliki arti boros dan menafkahkan sesuatu di luar kebenaran.

"Nafkah di sini tak hanya uang, tapi juga waktu, ucapan, dan kegiatan. Jadi menyalakan kembang api dan petasan itu perbuatan yang tabzir," kata dia.

Hal berbeda diungkapkan oleh Kyai Fahrur A Rozi dari PBNU. Menurutnya, main petasan atau kembang api memang tak diatur dalam Islam.

Kegiatan ini tidak dilarang. Tapi, jika mau melakukan pun harus hati-hati karena cukup berbahaya.

"Ingat karena petasan itu termasuk berbahaya dan suaranya cukup mengganggu, sebaiknya penggunaannya seperlunya saja tidak berlebihan. Karena kalau berlebihan sampai membuat celaka atau mengganggu warga yang memainkan, jadi dosa," kata Fahrur saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Sumber
CNN Indonesia